Materi
Pelajaran
Materi pelajaran adalah hal
sangat penting dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan materi adalah
informasi yang akan disampaikan pedidik kepada peserta didik. Materi juga
sebagai penghubung dalam proses belajar mengajar bayangkan saja apabila ada pendidik dan peserta didik namun materi
pelajaran tidak ada ?. maka apa yang akan diajarkan atau yang akan disampaikan
oleh pendidik dan apa yang akan diterima peserta didik?. Maka dengan kata lain
materi pelajaran merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses belajar
mengajar
1.1
Prinsip Pemilihan Materi Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan
materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi
artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Prinsip konsistensi
artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak.
1.2 Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih
dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan
bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar,
sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar
langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan
ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah teridentifikasi tadi. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan
bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi aspek
yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu
perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek
standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang
berbeda-beda.
b. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai
jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan
menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c.
Memilih jenis
materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah
atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai
standar kompetensi.
d.
Memilih Sumber Bahan Ajar
Setelah
jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan
ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai
sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media
audiovisual, dsb.
Proses belajar mengajar pada
dasarnya adalah interaksi atau hubungan antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses
pembelajaran. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti luas ,
tidak sekedar hubungan guru dengan siwa tetapi juga interaksi edukatif,dalam
hal ini bukan hanya menyampaikan pesan berupa mata pelajaran, melainkan juga
nilai dan sikap pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar
matematika merupakan suatu kegiatan yang mengandung serengkaian persiapan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar terdapat
adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar
dengan siswa yang belajar.
Menurut usman (1993:4)
belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat
adanya interaksi individu dengan
individu dan individu dengan lingkunganya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Usman (1993:6) mengungkapkan
bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan
belajarmengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Dalam hal belajar mengajar
matematika , perlu diketahui
karakteristik matematika. Dengan mengetahui karakteristik matematika, maka
seharusnya dapat pula diketahui bagaimana belajar dan mengajar matematika,
karakteristik matematika yang dimaksud adalah obyek matematika bersifat
abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis dan cara penalaran
matematika adalah deduktif
Objek matematika bersifat
abstrak, maka belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi, demikian
pula dalam mengajar matematika guru harus mampu mengabstrasikan obyek-obyek
matematika dengan baik sehingga siswa dapat memahami obyek matematika yang
diajarkan , hudoyo (1988;3) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan
kegiatan mental yang tinggi sehingga dalam mengajarkan matematika guru harus
mampu memberikan penjelasan dengan baik sehingga konsep-konsep matematika yang
abstrak dapat dipahami siswa.
Materi matematika disusun
secara hirarks artinya suatu topic matematika akan merupak prasyarat bagi topic
berikutnya. Oleh karena itu untuk mempelajarai suatu topic matematika yang
baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses
belajar mengajar matematika tersebut, hudoyo (1988; 4) mengungkapkan bahwa
karena kehirarkisan matematika itu,maka belajar matematika yang terputus-putus
akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti prose belajar matematika
akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu .
karena dalam belajar matematika memerlukan materi prasyarat untuk memahami
materi berikutnya , maka dalam mengajar matematika guru harus mengidentifikasi
materi-materi yang menjadi prasyarat suatu topik mata pelajaran matematika .
HAKIKAT
MATEMATIKA
1
Pengertian Matematika
“Apakah
matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai
saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan
dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika
merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah
ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis,
matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian
bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri
dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Kata matematika berasal
dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). Istilah mathematics
(Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali),
matematiceski (Rusia), atau mathematick/ wiskunde (Belanda) berasal dari
perkataan lain matematika, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,
μαθηματικά - mathēmatiká, yang berarti “ Relating to learning”.
Matematika
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian
pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep
matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami
oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa
matematika satuan notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep
matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika. Dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar
konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara
bilangan satu dengan yang lain, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kuantitas, struktur, ruang dan perubahan. Para Matematikawan
mencari pola-pola untuk merumuskan dugaan-dugaan baru dan membangun kebenaran
melalui metode deduksi matematika yang kaku dari aksioma-aksioma menjadi
sebuah definisi yang sesuai. Matematika secara sistematis dibangun dan
dikembangkan sebagai sistem, definisi, dan axioma yang akan membangun sebuah
teorema baru.
Sebagai seorang calon guru matematika, kita harus tahu
bahwa Matematika murni dan Matematika yang diajarkan di sekolah itu berbeda.
Matematika sekolah adalah Matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan
dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Hal ini digunakan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Di dalam mengajarkan Matematika kita seringkali
memulainya dengan hal-hal yang sederhana kemudian ke hal yang kompleks, atau
memulai dengan hal-hal yang nyata kemudian lanjut ke hal yang bersifat abstrak.
Untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip di dalam Matematika, para
siswa sangat memerlukan pengalaman-pengalaman yang dapat membantu tahap
perkembangan intelektual mereka dalam memecahkan permasalahan Matematika.
Hakekat Matematika Sekolah menurut Ebbut dan Straker
adalah sebagai berikut:
1.
Matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari bagian ini adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan menyelidiki pola-pola yang
ada dan menghubungkannya satu dengan yang lain, selain itu siswa juga diberikan
kesempatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen dengan caranya sendiri dan
siswa dapat menarik kesimpulan sesuai dengan percobaan yang dilakukannya.
2.
Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan
Implikasinya adalah mendorong inisiatif dan memberikan
kesempatan berpikir beda antar siswa satu dengan yang lain dalam menyelesaikan
permasalahan Matematika. Selain itu juga akan mendorong rasa ingin tahu siswa
akan suatu hal yang baru dan dapat menemukan makna yang ada di dalamnya
kemudian menyusunnya menjadi sebuah penemuan baru dari hasil berpikir kreatif
menggunakan imajinasi dan intuisi yang dimilikinya.
3. Matematika
adalah kegiatan problem solving
Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah akan
mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, dan sistematis. Selain itu
kemampuan dan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan Matematika
juga akan berkembang. Kegiatan problem solving ini juga akan membuat
siswa lebih aktif mencari sumber-sumber informasi ataupun menggunakan alat
peraga/media yang bisa digunakan untuk membantu mereka dalam menyelesaikan masalah.
4. Matematika
merupakan alat berkomunikasi
Matematika dapat mendorong siswa untuk dapat
berkomunikasi dengan siswa yang lain dalam mengenal sifat-sifat Matematika dan
memecahkan persoalan Matematika. Dengan Matematika juga mendorong para siswa untuk
lebih berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dengan cara memecahkan masalah
secara diskusi berkelompok.
Inovasi dalam pembelajaran Matematika sangat diperlukan,
terutama untuk memenuhi tuntutan perkembangan jaman. Tak jarang banyak guru
yang menemui banyak kesulitan dalam menyampaikan bahan ajar matematika kepada
siswanya. Seorang guru hendaknya menggunakan metode-metode mengajar yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswanya. Sehingga mereka lebih termotivasi untuk
belajar Matematika dan mereka tidak merasa terpaksa dalam belajar.
Inovasi dalam pembelajaran Matematika berarti guru
dituntut untuk lebih berpikir kreatif dan lebih memperhatikan perkembangan
kognitif siswanya. Pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkat usia dan
kemampuan berpikir siswanya, sehingga siswa tersebut dapat dewasa pada
waktunya.
Menurut Ebbutt dan Straker (1995: 60-75) tentang
psikologi siswa dalam pembelajar Matematika dapat dikatakan berhasil apabila:
1. Siswa
akan belajar jika mereka mempunyai motivasi
Seorang guru Matematika harus mampu menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan dan dapat mendukung proses belajar para siswa. Guru
juga harus memperhatikan semua keinginan, kemampuan, dan pencapaian siswanya.
Dengan begitu siswa akan termotivasi sendiri untuk belajar Matematika
2. Siswa
akan belajar dengan caranya sendiri
Siswa akan belajar Matematika dengan cara yang berbeda
dan dengan kecepatan kemampuan yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan
karena mereka berasal dari latar belakang sosial, ekonomi dan budaya yang
berbeda. Seorang guru harus lebih memahami kekeurangan dan kelebihan
masing-masing siswa dan diharapkan tidak memaksakan suatu metode mengajar
kepada siswa agar siswa dapat membangun pengetahuan dan ketrampilannya dengan
baik.
3. Siswa
akan belajar baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya
Hal ini akan memberikan pelajaran bagi siswa untuk lebih
mudah bersosialisasi dengan sesamanya. Saling bertukar gagasan, berpendapat dan
bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan persoalan Matematika. Selain
itu juga siswa akan lebih mandiri dalam pengambilan keputusan dalam kelompok
tersebut.
4. Siswa
memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajar.
Seorang siswa membutuhkan alat peraga atau media lainnya
dalam belajar dan untuk memahami materi yang sedang dipelajari dan memecahkan
permasalahan di sekolah maupun di luar sekolah. Suasana tempat dan lingkungan
sekitar sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Apabila keempat hal di atas dapat berjalan dengan baik,
maka proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru dapat dikatakan berhasil.
Dari keempat hal tersebut akan muncul sebuah sikap. Sikap merupakan hubungan
emosional positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu. Sikap dapat diperoleh
melalui pengalaman dan memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia. Ketika
siswa merespon dengan sikap negatif, sikapnya tercermin dalam tindakan yang
mengakibatkan keterbatasan mereka dalam proses pembelajaran Matematika dan akan
mempengaruhi tindakan mereka selanjutnya yaitu tidak menyukai Matematika.
Sedangkan jika siswa merespon dengan sikap positif, siswa akan terlihat aktif
dalam proses pembelajaran Matematika bahkan di luar pembelajaran. Dalam hal ini
guru dapat dikatakan berhasil dalam melakukan inovasi pembelajaran.
Ekspetasi siswa terhadap Matematika tergantung pada
pengetahuan yang didapatkannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk berkembang dan membangun
pengetahuaanya sendiri sesuai dengan keinginannya. Tidak dengan terpaksa.
Dengan begitu siswa akan lebih mudah termotivasi dalam belajar Matematika.
Ada beberapa definisi dari beberapa para ahli mengenai matematika,
diantaranya seorang matematikawan Bejamin Pierce menyebut matematika sebagai
"ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak
lain, Albert Enstain menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan,
mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada
kenyataan”.
Menurut
Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau
pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai
berikut:
·
Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
·
Matematika
adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dienes mengatakan bahwa matematika adalah
ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan
sebagai ilmu seni. (Ruseffendi, 1988:160).
Bourne
juga memahami matematika sebagai
konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar
dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan
dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan
pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar
dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari
tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A. 1992: 752).
Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya
kepada komponen dalam kegiatan matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim
bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: bahasa (language) yang
dijalankan oleh para matematikawan, pernyataan (statements) yang digunakan oleh
para matematikawan, pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum
terpecahkan, alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
dan ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang
sebagai the science of pattern.
Sejalan
dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa
pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu,
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah
yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai
ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Dari
sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama matematika,
yaitu; matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, matematika berkembang
dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan matematika lebih
terkonsentrasi pada konsep. (Jackson, 1992:755).
Selanjutnya,
pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di antaranya telah muncul
sejak kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan tokoh-tokoh utamanya Plato
(427–347 SM) dan seorang muridnya Aristoteles (348–322 SM). Mereka mempunyai
pendapat yang berlainan. Plato berpendapat, bahwa matematika adalah
identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa
matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia
nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika
(teori bilangan) dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang. Belajar
aritmetika berpengaruh positif karena memaksa yang belajar untuk belajar
bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian matematika ditingkatkan menjadi
mental aktivitas mental abstrak pada objek-objek yang ada secara lahiriah,
tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna.
Sedangkan
orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu
berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung.
Sebagian orang Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan
“matimatian”, karena sulitnya mempelajari matematika. (Abdusysyakir, 2007:5).
Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer
yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang secara informal dapat
didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung
diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst, melalui
beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika
secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan
ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan
dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika;
pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan. menurut Sumardyono (2004:28)
secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di
antaranya:
Ø Matematika sebagai struktur yang
terorganisir. Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur,
ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian
pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema
pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
Ø Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Matematika sebagai pola pikir
deduktif. Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif,
artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima
kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
Ø Matematika sebagai cara bernalar
(the way of thinking). Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar,
paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara
pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran matematika yang sistematis.
Ø Matematika sebagai bahasa
artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa
matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki
arti bila dikenakan pada suatu konteks.
Ø Matematika sebagai seni yang
kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan
pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut
sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Meskipun
diberikan pengertian matematika dengan panjang lebar secara tertulis atau lisan
penjelasannya, belum memberikan jawaban secara utuh yang dapat dipahami secara
menyeluruh tentang apa matematika itu. Menurut Courant dan Robbin bahwa untuk
dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari
sendiri ilmu matematika tersebut. Matematika dapat kita pelajari dengan baik
bila disertai dengan mengerjakannya. Dalam proses bekerja tersebut diperlukan
keterlibatan berpikir yang kita sebut dengan berpikir kritis. Karena
matematika dapat ditinjau dari semua sudut, dan memasuki seluruh segi kehidupan
manusia baik dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2.2
Matematika sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses
pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Dasar pembuktian deduktif yang berperan besar dalam
matematika adalah kebenaran, suatu pernyataan haruslah didasarkan pada
kebenaran pernyataan-pernyataan sebelumnya. Penarikan kesimpulan yang demikian
ini sangat berbeda dengan penarikan kesimpulan pada penalaran induktif yang
dipaparkan pada hasil pengamatan atau eksperimen terbatas.
2.3
Matematika sebagai Ilmu Terstruktur
Menurut
Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan,
ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarki, terstruktur, logis, dan sistematis mulai
dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk
memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah gedung
bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila fondasi
dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-benar dikuasai, agar dapat
memahami konsep-konsep selanjutnya.
Sebagai contoh dapat dilihat susunan topik-topik dalam matematika
yang harus dipelajari terlebih dahulu (dan berikutnya) untuk sampai pada topik
persamaan. Untuk sampai pada topik persamaan tersebut haruslah melalui
jalur-jalur pasti yang telah tersusun. Sebaliknya apabila jalur-jalur itu
dilanggar, maka konsep persamaan tidak akan tertanam dengan baik.
.
2.4
Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika
sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan lain, perkembangan matematika tak
tergantung pada ilmu-ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dulu biasa
disebut matematika murni, dikembangkan oleh beberapa matematikawan yang
mencintai dan belajar matematika hanya sebagai hobby tanpa memperdulikan fungsi
dan manfaatnya untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkembangan teknologi, banyak
cabang-cabang matematika murni yang ternyata kemudian hari bisa diterapkan
dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir. Banyak ilmu-ilmu yang
penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai contoh, banyak
teori-teori dan cabang-cabang dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep Kalkulus, khususnya tentang Persamaan Diferensial.
Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep Peluang,
Karakteristik Matematika (probabilitas); Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan
Penawaran yang dikembangkan melalui konsep Fungsi dan Kalkulus.
Dari
kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, seperti telah diuraikan di
atas, tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula
untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, matematika tumbuh dan
berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani
kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Cabang
matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang disebutkan terakhir itu dinamakan
dengan matematika terapan (Applied Mathematics).
2.5 Matematika
Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan
Matematika
disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep
tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal
:
Jumlah
a bilangan genap selamanya sama dengan a2.
Contoh
:
a
= 1 maka jumlahnya = 1 = 12.
Selanjutnya
1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 = 22.
Berikutnya 1, 3, 5,dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan
seterusnya. Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang
berupa pola yaitu jumlah a bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2.
Matematika
disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan lainnya
saling berhubungan.
Misalnya
: Antara persegi panjang dengan balok, antara persegi dengan kubus, antara
kerucut dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan 30 : 5 = 6. Antara 102
= 100 dengan = 10. Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya
saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan
analisis.
2.6
Matematika Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Penyelesaian
dalam matematika harus disesuaikan dengan semesta pembicaraan. Simbol-simbol
akan bermakna jika ruang lingkup pembicaraanya jelas. Jika ruang lingkupnya
bilangan, maka dsimbol-simbol tersebut diartikan bilangan. Contoh :
Penyelesaian persamaan diselesaikan dengan memperhatikan semesta
pembicaraan. Jika semesta pembicaraannya bilangan riil, maka hasilnya adalah .
Tetapi jika semesta pembicaraannya bilangan bulat maka penyelesaiannya
‘himpunan kosong’.
2.7
Matematika Konsisten Dengan Sistemnya
Dalam
matematika banyak system yang saling berkaitan satu sama lainnya dan ada juga
yang tidak saling berkaitan. Didalam masing-masing sistem berlaku konsistensi
atau ketaatazasan, artinya bahwa dalam system tidak boleh terdapat kontradiksi.
Suatu teorema ataupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang
diterapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal
nilai kebenaran. Hal ini menjadi masalah matematika harus konsisten
terhadap hasilnya. Menurut Soedjadi( 2000,65), bila diperhatikan satu per satu
karakteristik matematika tersebut, maka dapat dipahami bahwa matematika yang
amat pusing dalam hidup keseharian mereka baik kini maupun masa yang akan
datang. Bila karakteristik tersebut secara sadar dimanfaatkan sebagai wahana
pendidikan jelas memiliki edukasi yang dapat mengarahkan siwa untuk disiplin
atau taat pada peraturan.
2.8
Matematika Bertumpu Pada Kesepakatan
Kesepakatan
dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk menghindari pembuktian
yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam pendefinisian.
Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitive. Aksioma yang
disebut juga potulat merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan,
sedangkan konsep primitive bertujuan memberikan pengertian pangkal yang tidak
seharusnya didefinisikan.
2.9
Matematika Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti
Matematika
memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model matematika x + y = z,
belum tentu bermakna atau berarti. Tidak selalu x, y, z berarti bilangan.
Bilangan-bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari arti atau
makna real. Makna huruf dan operasi tergantung permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model matematika. Bahkan tanda “+” tidak selalu
berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tetapi bisa jadi operasi untuk
vector, matriks dan lain-lain. Secara umum, x + y = z masih kosong dari
arti, tergantung permasalahannya. Jadi, model atau symbol matematika
sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya
dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan symbol
matematika dengan symbol bukan matematika. Kosongnya arti dari model-model
matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut ia
bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://bluemathematics.blogspot.com/2012/01/hakekat-matematika-dan-pembelajaran.html
2 Comments
Terima kasih sekali buk, menambah wawasan saya tentang pembelajaran matematika
ReplyDeleteSalam.
sama sama semoga bermanfaat :)
ReplyDelete